Main CAST ; - Sung Rae Nim
- No Min Woo
- Gongchan Shik
Lenght : OneShoot
Genre : Romance,sad
RaeNim
pov
“Raenim-ah.. Channie mencarimu. Lekas temui
dia.” Teriak eomma. Aku menurut dan keluar rumah untuk menemui
channie,namjachinguku.
Kulihat channie sedang duduk di taman rumahku.
Kenapa malam2 begini dia datang?
“Oppa,ada perlu apa malam2 begini?”
“Emm.. Raenim.. Ada yang ingin kubicarakan.
Ini penting. Sebelumnya,aku ingin minta maaf..”
Ada apa dgan channie oppa? Kenapa tiba2 datang
dan minta maaf??? Aku tak mengerti..
“Maksud oppa apa? Aneh sekali,tiba2 minta
maaf” kataku sambil menggaruk2 kepalaku yang tidak gatal.
“Aku... Aku... akan pergi selama 2 tahun
keluar negeri untuk sekolah disana.”
“Mwo??”
“Ne,raenim-ah. Mianhae.. ini semua permintaan
appaku. Dan akupun juga ingin sekolah disana”
Aku terus terdiam dan berusaha mencerna
kata2nya. Jadi,channie oppa akan meninggalkanku selama 2 tahun? Itu bukanlah
waktu yang sebentar... Ottokeh?
“Maukah kau menungguku? Aku pasti akan
kembali. Kuharap kau,bisa mengijikanku. Tapi,jika kau tidak mau.. Aku tetap
tinggal disini pun tidak apa2. Aku rela raenim-ah”
Ottokeh? Aku tidak ingin channie oppa
meninggalkanku. Apalagi dengan keadaanku yang seperti sekarang ini. Ya,aku
menderita penyakit kanker. Meskipun penyakitku sekarang masih tidak terlalu
parah,tapi aku takut saat channie oppa pulang nanti.. aku sudah tidak ada lagi
disini. Aigoo,, Ottokeh? Apa aku beritahu saja tentang penyakit ini padanya?
Aissh,bagaimana mungkin.. aku bisa membuat channie oppa khawatir... ottokajji??
“Raenim?? Kau mengijinkanku kan? Jebal,jawab
aku. Apapun jawabanmu,itu yang terbaik untuk kita.”
Baiklah,selama dua tahun,aku pasti akan
bertahan. Aku pasti bisa. Aku tidak boleh membuat channie oppa khawatir dan aku
tak boleh membuat impiannya hancur. Aku harus rela....
“Baiklah. Selamat berjuang disana oppa.”
Dengan pemikiran panjang,akhirnya aku menyetujuinya. Kuharap ini jalan terbaik
untuk ku dan untuk chanppa.
“Gomawo jeongmal chagiya... Nan jeongmal
saranghaeyo.” Gongchan oppa terlihat sangat senang. Dia langsung memelukku.
Akupun turut senang,meskipun ada kegelisahan di hatiku. Tapi aku yakin bnar
bahwa ini yang terbaik.
“Jangan pernah lupakan aku oppa”
“Tentu saja. Kau.. akan selalu di hatiku
slamanya raenim-ah. Saranghaeyo” gongchan oppa mengecup keningku.
“Hiks hiks... nado saranghaeyo.” Jawabku
sambil menangis. Ya tuhan,semoga aku dan channie oppa bisa bertemu lagi.
Jebal...
“Uljima Raenim-ah. Aku pasti kembali. Kau
harus percaya padaku. Kelak,kau harus menungguku disini ya.2 tahun lagi. Tepat dihari ini. Aku pasti akan
datang.”
“Oppa janji??”
“Ne,aku janji”
jawabnya sambil menyeka cairan bening yang sudah membasahi pipiku.
Matahari mulai menampakkan dirinya. Suara
kicauan burung sudah menghiasi pagi hari yang cerah ini. Aku membuka mataku dan
menuju jendela kamarku. Kubuka jendelanya,tampak bunga2 yang tersenyum
menyambutku,seolah2 mereka berkata “selamat pagi” padaku.
“selamat pagi bunga2ku. Pagi yang cerah ya?”
ucapku pada bunga2 itu,yang jelas tidak mungkin bisa menjawab :D
Ya,pagi ini memang cerah. Tapi tidak seperti
suasana hatiku yang masih gelisah karna tadi malam. Semalaman aku juga tidak
bisa tidur karena memikirkannya. Aku terus menangis semalaman. Pagi ini pasti
channie oppa sudah ada di bandara. Aku tidak bisa ikut mengantarnya karena ia
pergi kesana bersama teman2nya. Kuharap,ia baik2 saja sampai tujuan.
“Raenim.. kau sudah bangun?? Lekaslah
mandi,lalu sarapan.” teriak hyunseong oppa dari ruangmakan.
“Ne,oppa” jawabku sambil menuju kamar mandi.
Setelah mandi,aku bergegas ke ruang makan.
Disana ada hyunseong oppa. Aku duduk disampingnya dan langsung menyantap roti
bakar kesukaanku yang tertata rapih di sana.
“makan yang banyak. Agar kau sehat ya. Dan
ingat,jangan lupa minum obatmu.” Nasehat hyunseong oppa yang selalu ia katakan
semenjak ia tau bahwa aku menderita penyakit kanker.
“hmm” aku mengangguk.
“Kau tidak apa? Membiarkan gongchan pergi
selama 2 tahun? Apa dia akan membiarkanmu disini saja dengan penyakitmu ini?
Dasar.. Namjachingu macam apa dia itu..”
“Oppa,kau jangan salahkan channie oppa.. Dia
tidak salah. Akulah yang telah mengijikannya pergi. Aku tak ingin menghalangi
impiannya. Dan satu lagi,aku tidak menceritakan penyakit ini padanya. Aku tidak
ingin membuatnya khawatir.” Jelasku panjang lebar.
“Mwo? Kenapa kau tak menceritakan ini padanya..
Aku tau tujuan baik saeng,tapi kau tidak boleh merahasiakan hal yang sangat
penting pada namjachingumu sendiri.”
“Aku yakin,aku bisa sembuh. Jadi,aku tidak
perlu menceritakan ini padanya. Tolong rahasiakan ini pada chanppa ya.”
“Baiklah. Tapi,jangan pernah kau sesali
keputusanmu Raenim” jawab seongppa pasrah.
“Gomawo oppa,kau memang oppa terbaikku.” Aku
memeluk seongppa. Dan pergi untuk menjalani aktivitasku sebagai murid SMA di
sekolah.
----------------------------------------------------------skiiip-------------------------------------------------------------------
Setahun lebih telah berlalu*cepet amat? ==*
semenjak aku mengijinkan chanppa pergi. Selama ini juga,aku tak pernah
mendengar kabar tentang nya. Kuharap ia baik2 saja dan tetap mengingatku
seperti aku yang selalu mengingatnya. Aku merindukanmu, neomu bogoshipoyo
gongchan oppa...
“Raenim,sedang apa kau disini?” sapa hyokyo
sahabatku.
“Aku sedang memikirkan gongchan oppa. Aku
rindu padanya. Semenjak saat itu,aku tak pernah mendengar kabarnya. Ottokeh?”
bercerita pada hyokyo membuat air mataku meleleh membasahi pipiku. Hyoko
memelukku dan berusaha menenangkanku.
“Aku yakin,gongchan akan baik2 saja raenim dan
dia akan selalu mencintaimu. Tenanglah.”
“gomawo... Uhuk uhuk.” Aku batuk lagi. Dan
kali ini,mengeluarkan darah yang cukup banyak dari mulut dan hidungku. Dan
setelah itu,semua terlihat gelap.
@Rumah sakit
Aku membuka mataku perlahan. Terlihat langit2
putih dan dinding yang berwarna putih. Tercium pula aroma yang tak asing lagi
bagiku. Ya,aku paham jelas,ini pasti rumah sakit. Tapi kenapa tiba2 aku ada
disini?
“Kau sudah bangun?” tanya hyokyo.
“Ne,kenapa aku ada disini?”
“Tadi kau pingsan,jadi aku menghubungi oppamu
agar datang kesini.” Jawab hyokyo.
“Ah,dimana oppa sekarang?”
“dia sedang berbicara pada dokter. Mungkin
sebentar lagi dia akan kesini.”
Perkataan hyokyo benar,tak lama kemudian
hyunseong oppa datang menghampiriku. Wajahnya tampak lesu. Kuharap tidak ada
apa2.
“Oppa? Apa yang kau bicarakan dengan dokter?
Bagaimana keadaanku? Aku tidak papa kan?” tanyaku bertubi-tubi.
“Raenim-ah,dongsaengku tersayang. Mianhae,oppa
harus mengatakan ini. Penyakitmu,sudah parah. Dokter bilang,penyakitmu sulit
untuk disembuhkan. Mereka hanya bisa membantumu hidup sedikit lebih lama lagi.
Tidak lebih.” Jelas seongppa sambil menunduk. Kulihat hyokyo sudah menangis di
pojok ruangan.
“Mwo??” aku tidak percaya ini. Kenapa tidak
bisa disembuhkan? Ini artinya aku tetap akan mati karena penyakit ini? Aku
masih ingin hidup lebih lama lagi.. tuhan,cobaan apa yang kau berikan padaku..
kumohon,ijinkan aku hidup lebih lama lagi.
“Raenim... uljima..” Hyokyo berusaha menenangkanku.
Sedangkan seongppa sedang menangis disana.
Gongchan oppa,apa yang harus kulakukan?
Cepatlah kembali,aku merindukanmu.. Aku ingin bertemu dirimu,sebelum aku pergi
nanti... T_T
-------------------------------------------------------skiip----------------------------------------------------------------------
Hari ini aku akan pergi jalan2 ke taman dengan
teman baruku. Dia adalah minwoo,Minwoo adalah namja yang menderita penyakit
sama denganku. Kami berteman baik. Selama dirawat di rumah sakit,aku
menghabiskan waktuku dengan minwoo. Dia namja yang baik. Selalu menyemangatiku
ketika aku mulai putus asa karena penyakit ini. Meskipun ia juga menderita
penyakit yang sama denganku,namun minwoo adalah namja yang sangat kuat. Ia
tidak pernah mengeluh akan penyakitnya. Semenjak bertemu dengannya,aku merasa
diriku termasuk orang yang beruntung karena memiliki eomma,appa,hyunseong
oppa,gongchan oppa dan hyokyo yang menyayangiku. Sementara minwoo,dia hidup
sebatangkara. Eommanya sibuk mencari uang untuk pengobatan minwoo dan appanya
sudah tidak ada semenjak minwoo masih kecil. Aku salut pada minwoo,dia begitu
kuat. Bahkan dia bisa menyemangatiku meskipun dia merasa kesepian.
“Minwoo-ah,kajja,kita pergi.” Ajakku sambil
mendorong kursi roda minwoo. Penyakitnya memang sudah lebih parah dari penyakit
ku,minwoo sudah tidak bisa berjalan lagi.. TT
Setelah sampai di taman,aku mendudukan minwoo
di kursi taman,dan menyiapkan peralatan melukis. Aku memang sangat suka melukis
apalagi melukis pemandangan. Bahkan terkadang aku melukis wajah gongchan oppa
ketika aku rindu padanya,ataupun wajah minwoo saat aku sedang menunggunya
datang untuk mengajakku bermain.
“Hari ini kau mau melukis apa raenim???” tnya
minwoo penasaran.
“Menurutmu??”
“Namjachingumu.. Dari raut wajahmu,sepertinya
kau sedang merindukkannya.” Jawab minwoo sok tau,tapi itu benar juga.. XD
*raenim gmna sih??
“Hehehe..”
Saat itu hening,aku sibuk melukis sedangkan
minwoo... Sepertinya dia sedang memandang wajahku??
“Minwoo-ah,berhentilah menatapku seperti itu..
Aku tau,wajahku ini sangat cantik. Bahkan lebih cantik dari bidadari. Iya
kan??”Candaku.
“Aissh... Kalau yang kau katakan benar
bagaimana??”
Minwoo
Pov
Hari ini aku menemani raenim melukis di taman
depan rumah sakit. Aku sengaja mengajaknya,karena aku merasa ada sesuatu yang
akan terjadi kepadaku. Maksudnya,akan ada hal tidak enak mungkin. Jadi,aku
mengajak raenim pergi sekaligus dia juga ingin melukis di taman. Hari ini
juga,aku akan menyatakan perasaanku padanya.meski aku yakin cinta Raenim hanya
untuk gongchan,tapi setidaknya perasaan ini tak terpendam saja di hati ini. Sudahlah,lebih
baik aku langsung katakan padanya sebelum terlambat. Kulihat dia sangat serius
melukis. Wajahnya terlihat sangat cantik hari ini.
“Hari ini kau mau melukis apa raenim???”
tnyaku penasaran.
“Menurutmu??”
“Namjachingumu.. Dari raut wajahmu,sepertinya
kau sedang merindukkannya.” Jawabku sok tau,
“Hehehe..”
Saat itu hening,Raenim sibuk melukis sedangkan
aku... aku terus memandangi wajahnya yg
manis.
“Minwoo-ah,berhentilah menatapku seperti itu..
Aku tau,wajahku ini sangat cantik. Bahkan lebih cantik dari bidadari. Iya
kan??” gurau raenim. Ya,memang gurauannya benar. Wajahnya memang lebih cantik
dari bidadari.
“Aissh... Kalau yang kau katakan benar
bagaimana??” kataku. Saat itu,kulihat wajah raenim sudah semerah tomat busuk
#plakk maksudnya tomat matang XD
“Berhenti menggodaku nappeun namja”
Aissh,dia semakin manis saja saat pipinya
memerah. Akupun memegang pipi raenim dengan kedua tanganku.
“apa yang kau lakukan?”
“menutup pipimu yang merah,itu sangat
memalukan bukan?”
Hahaha.. Bukannya pipi merah itu tertutup
tanganku,wajahnya malah semakin merah saja. Membuatku gemas. Dan tanpa aba2 aku
mencium pipinya yg merah itu. Mungkin sekarang wajahku juga semerah tomat
matang :D
“Minwoo-ah,,” Tampak ekspresi kaget dari wajah
raenim. Aku tertawa evil.
“Wae? Em,raenim-ah.. Aku ingin membicarakan
sesuatu padamu. Bolehkah?” langsung saja aku to the point. Aku tak ingin
membuang waktu lebih lama.
“sebenarnya,aku menyukaimu. Sejak awal kita
bertemu. Mianhae aku telah lancang. Aku tau bahwa kau sudah punya
namjachingu,tapi aku malah berkata seperti ini.” Kataku dengan penuh
keberanian. Kuharap,raenim tidak marah.
“Ji..Jinjja?”
“Ne,aku tidak berharap kau membalas
perasaanku. Karena aku tau,kau hanya mencintai gongchan.Tapi,aku hanya ingin
perasaan ini tersampaikan.”
“Mianhae,aku memang tidak bisa membalas
perasaanmu. Jeongmal mianhae. Aku sudah berjanji akan setia dengan channie
oppa” jawab raenim. Aku tak kaget. Karna aku sudah membayangkan
sebelumnya,bahwa jawaban seperti inilah yang akan kudapat darinya. Setidaknya
sekarang aku sudah lega telah mengatakan semuanya.
“Ne,gwaenchana raenim-ah. Arasso..”
Raenim tidak menjawab apapun. Dia memalingkan
wajahnya dari wajahku. Akupun mendekatinya,terlihat mata raenim yang sudah
basah entah kenapa.
“Raenim-ah.. Kau menangis? Wae??”
“aku teringat gongchan oppa. Aku rindu sekali
padanya. Kenapa dia tidak bisa menemaniku seperti dirimu. Dan aku merasa
bersalah padamu.”
“untuk apa merasa bersalah. Aku tidak apa2.
Kau sudah menolakku. Tapi aku akan lebih baik2 saja jika kau tak menangis.
Uljima..”
Kini kedua mata kita saling bertatapan.
“Berjanjilah padaku. Jangan pernah menangis.
Dan,jangan pernah utus asa. Gongchan pasti akan kembali dan menemuimu. Dia
tidak akan melupakanmu. Meskipun aku tak pernah tau siapa gongchan,tapi aku
yakin.. Dian namja yang baik dan selalu mencintaimu.”
“gomawo,kau selalu membuatku tenang.”
Belum selesai ia melukis,aku sudah membuatnya
khawatir dengan mengeluarkan batuk yang berdarah cukup banyak. Akhirnya,raenim
berhenti melukis dan membawaku kembali kekamar. Lalu ia juga kembali kekamarnya
karena merasa tidak enak badan juga.
RaeNim pov
Aku kembali kekamarku setelah mengantar minwoo
ke kamarnya,karena keadaannya yang sepertinya tidak baik. Akupun merasa sedikit
pusing. Lalu aku tidur untuk menghilangkan rasa pusing ini.
--
Aku terbangun dari tidurku dan langsung keluar
dari kamar. Kulihat ada minwoo disana. Aku mendekatinya. Tapi dia malah terus
pergi menjauh dariku. Ada apa dengannya?
“Minwoo-ah. Chamkamman... jebalyo...” minwoo
membalikkan badannya dan mendekatiku..
“Kau harus semangat ya.. Yakinlah gongchan
akan pulang. Kau harus tetap hidup dan bertemu dengannya. Gongchan akan pasti
datang. Berjanjilah untukku.”
“Ne minwoo..”
Minwoo meninggalkanku begitu saja. Dan membuka
sebuah pintu. Dari sana terpancar cahaya yang sangat terang. Lalu minwoo masuk.
Aku mengejarnya,namun aku tak kunjung sampai ke pintu itu.
--
“Raenim-ah..” suara hyoko membangunkanku.
Ternyata tadi hanyalah mimpi. Kenapa perasaanku sangat tidak enak? Aku harus
menemui minwoo. Semoga dia baik2 saja.
“Raenim? Kau mau kemana?” tanya hyoko. Aku tak
peduli dan tetap pergi ke kamar minwoo yang tidak jauh dari kamarku.
“Akhirnya sampai juga.” Batinku. Lalu aku
masuk kedalam. Kulihat seorang ahjumma sedang duduk di samping ranjang minwoo.
“annyeong ahjumma.” Sapaku. Ahjumma itu
sepertinya eomma minwoo.
“annyeong.” Balasnya sambil menengok ke
arahku. Apa ahjumma menangis? Kenapa matanya basah. Tapi kenapa?
“Ahjumma... Kenapa menangis??” tanyaku.
Ahjumma hanya diam dan sibuk menyeka air
matanya. Aku melihat minwoo kelihatan pucat sekali. Apa jangan-jangan....
“Minwoo-ah.. Ireona..” aku membangunkan
minwoo. Dia tak menjawab. Tetap diam seperti itu.
“Ahjumma.. ada apa dengan minwoo?” tanyaku
khawatir.
“minwoo.. telah pergi raenim. Dia telah pergi
meninggalkan kita.”
Deg..
“Mwo? Minwoo.. Telah pergi? Wae? Jadi mimpi
itu.. Minwoo-ah...”
Aku menangis.. Tak
kusangka secepat itu dia meninggalkanku. Minwoo,aku masih membutuhkanmu.
Jebal,jangan pergi.... Aku ingin memberitahumu bahwa aku juga menyukaimu.
Mungkin ini terlihat lucu tapi,aku menyukaimu juga. Aku memang aneh,aku
menyukai gongchan dan dirimu. Kumohon,maafkan kebodohanku ini.
Kembalilah,kenapa bukan aku yang pergi duluan??
Beberapa bulan kemudian...
“raenim.. ayo makan... kau sudah dua hari
belum makan,. Kumohon,makan sesuap.. saja.” Ajak hyokyo. Aku hanya diam dan tetap
berbaring di ranjangku. Sudah dua hari ini aku belum makan. Ini semua karena
gongchan oppa yang belum juga pulang. Seharusnya dia pulang dua hari lalu. Tpi
kenapa dia tidak pulang juga? Apa dia telah melupakanku dan mempunyai
yeojachingu baru disana??
“Raenim.. Jebalyo.. Bukankah kau pernah bilang
bahwa minwoo selalu menyemangatimu? Masa kau mau putus asa begini hanya karena
gongchan terlambat pulang? “ seru hyokyo. Aku terdiam memikirkan kata2nya.
Memang benar,seharusnya aku tak boleh begini. Bukannya minwoo selalu berpesan
padaku agar percaya bahwa gongchan oppa akan pulang dan aku harus bersabar?
Baiklah kalau begitu........
“Ne,aku akan makan hyokyo-ah.”
“Nah,itu baru Raenim yang aku kenal.”
Sebelum hyokyo
sempat menyuapiku. Aku sudah batuk2 bahkan batuk ini mengeluarkan darah yang
sangat banyak. . Kurasakan sakit yang luar biasa di seluruh tubuhku. Hyokyo
khawatir dan segera memanggil dokter. Ini bukan pertamakalinya aku mengalami
hal ini. Penyakitku memang sudah sangat parah. Dokter bilang,kapanpun aku bisa
mati. Jadi aku hanya bisa pasrah dengan segala takdir yang terjadi padaku.
Kuharap hidupku bisa lebih lama lagi....
Aku terbangun. Mungkin tadi aku pingsan. Hah..
syukurlah aku hanya pingsan. Tapi kenapa semua orang berkumpul disini. Apa ada
sesuatu? Muka mereka juga terlihat sedih. Padahalkan aku baik2 saja. Aku masih
hidupkan?
“Eomma? Kenapa kau menangis?” tanyaku. Eomma
tak menjawab. Ada apa dengannya? Mungkin hyokyo bisa menjawabku.
“Hyokyo-ah. Apa yang terjadi? Kenapa semua
menangis? Jebal jawab aku” Lagi2 tak ada jawaban.
“Hey!! Ada apa dengan kalian hah? Kenapa
kalian tak memberiku jawaban. Kalian dengarkan? Kalian tidak tuli kan?” Kataku
dengan nada yang meninggi satu oktaf.
Aku pun berjalan menghampiri hyunseong oppa
yang berdiri di dekat pintu. Semoga dia bisa menjelaskan padaku apa yang
terjadi.
“Oppa? Sebenarnya apa yang terjadi?
Jebal,jawab aku oppa..”
Seongppa tetap tak menjawab. Dia malah pergi
menghampiri ranjangku. Ada yang aneh disana. Kenapa aku melihat orang yang
berwajah sama persis denganku? Tapi wajahnya terlihat begitu pucat. Bahkan
sangat pucat. Siapa dia? Kenapa ada disana?
“Raenim-ah. Jebal,jangan tinggalkan eomma.
Jebal chagi..” Teriak eomma sambil menggerak-gerakkan tubuh yeoja itu.
Aku semakin tidak mengerti. Ada apa ini? Dan yeoja itu,apa itu aku? Tidak.. Itu tidak mungkin. Aku.. Masih bisa hidup lebih lama kan? Itu bukan aku? Iyakan?
Aku semakin tidak mengerti. Ada apa ini? Dan yeoja itu,apa itu aku? Tidak.. Itu tidak mungkin. Aku.. Masih bisa hidup lebih lama kan? Itu bukan aku? Iyakan?
“Eomma? Kau mendengarku? Aku ada disini? Aku
masih hidup.. Kumohon lihatlah aku”
Hiks hiks hiks, eomma.. Kenapa kau
menangisinya? Aku disini eomma..
“Mianhae nyonya. Kami harus segera memindahkan
pasien Raenim ke kamar lain.
“Anakku.. Kkajima..” Tangisan eomma semakin
menjadi-jadi saat seorang suster membawa yeoja yang sangat mirip denganku di
pindah di tempat lain.
“Eomma...” aku ikut menangis melihat eomma
menangis, aku masih tidak yakin bahwa yeoja itu adalah diriku. Jelas2 aku masih
disini.
“Raenim-ah..” Panggil seorang namja. Aku kenal
sekali suara ini. Ini suara minwoo.
“Min.. Min.. Woo???” Kenapa dia ada disini?
Minwoo kan sudah meninggal beberapa bulan lalu.
“Ayo kita pergi..” ajaknya.
“Pergi? Pergi kemana? Aku mau menunggu disini.
Aku ingin menenangkan eomma dan meyakinkannya bahwa aku yang asli ada disini
dan masih hidup”
“Raenim-ah minhae aku harus mengatakan ini.
Yeoja yang tadi berbaring disana adalah dirimu. Dan kau yang ada disini adalah
arwah dari tubuh raenim.”
“maksudmu?? Berarti aku sudah...” kata2ku
terhenti karena tangisku yang sudah
sangat terisak. Aku.. Sudah mati?
“Ayo ikut aku. Kau harus segera pergi ya.
Terimalah takdir ini.” Kata minwoo sambil menggandeng tanganku. Aku hanya
menurutinya pergi. Dan sampai pada sebuah pintu. Minwoo menggandengku
kesana................
“Selamat tinggal
Gongchan oppa...... Saranghaeyo”
Gongchan pov
Akhirnya aku pulang juga. Meskipun aku telat 2
hari dari hari yang aku janjikan pada Raenim. Kuharap dia masih mencintaiku
seperti dulu. Raenim-ah,aku pulang......
Aku sampai di depan rumah raenim. Kuketuk
pintunya,dan hyunseong yang membukakannya.
“Annyeonghaseyo Hyung.” Sapaku. Namun
hyunseong tak menjawab dan malah menyuruhku masuk kedalam. Disana ada hyokyo
sahabat Raenim dan Sung ahjumma. Wajah mereka terlihat sangat sedih. Apa ada
sesuatu? Padahal rencananya aku akan membuat kejutan untuk mereka. Tapi melihat
ekspresi wajah mereka yang sangat sedih,kuurungakan niatku untuk membuat
kejutannya.
“Em.. Mianhamnida.. Raenim ada dimana?”
tanyaku sambil celingak-celinguk.
“Percuma kau datang,Raenim sudah tidak ada.”
“Maksud hyung?” tanyaku lagi.
“Raenim,yeoja yang telah sabar menunggumu
selama 2 tahun telah meninggal. Kau terlambat.”
‘DEG’
Apa katanya? Meninggal? Raenim meninggal? Tapi
kenapa?
“Hyokyo,ahjumma.. Apa yang dikatakan hyunseong
benar?”
Mereka menangguk. Aku masih sedikit tidak
perrcaya. Kenapa tiba2?
“Pasti kalian sedang mengerjaiku kan? Raenim
hanya bersembunyi di suatu tempat. Iya kan?”
“Sudahlah .. Ini. Datanglah kekamarnya. Disana
ada barang berharga milik raenim yang sudah dipindah kamar rumah sakit . Ambil
saja.” Hyokyo memberiku sebuah kunci. Dengan rasa gelisah aku melangkahkan kakiku
ke kamar raenim.
Kini,aku sudah berada di depan pintu kamar
raenim dan masuk kesana. Ada banyak sekali lukisan terpajang disana. Salah
satunya lukisan wajahku. Dan,wajah seorang namja lagi yang tidak kukenal. Apa
namja itu namjachingu baru Raenim? Ku dekati lukisan itu. Kubersihkan debu yang
menempel disana. Ruangan ini sepertinya tak terawat dengan baik. Tapi kenapa?
Bukankah ini kamar Raenim? Raenim memakainya setiap hari kan?
Aku terus menelusuri seluruh isi kamar itu.
Banyak lukisanku dan seorang namja yang membuatku penasaran setengah mati.
Siapa dia?
Pandanganku pada lukisan2 itu teralihkan
dengan sebuah buku dan secarik amplop yang ada di meja Raenim. Kuambil buku dan
amplop itu. Sepertinya ini buku diary. Apa aku boleh membacanya? Tapi ini isi
pribadi seseorang,tidak sopan jika aku membacanya. Lebih baik kubaca dulu surat
ini. Disini ada tulisan ‘untuk channie oppa’ jadi ini pasti dari raenim
untukku.
To :
Channie Oppa.
From :
Raenim yeojachingumu.
Annyeong
oppa,saat kau baca ini aku yakin kau sudah pulang dari luar negeri. Bagaimana
keadaanmu?
Em.. Sepertinya aku tak bisa menulis banyak kata. Ada terlalu banyak hal yang ingin kuceritakan padamu saat kau pergi, Sisanya kau baca saja di buku diaryku ya. J Bye
Em.. Sepertinya aku tak bisa menulis banyak kata. Ada terlalu banyak hal yang ingin kuceritakan padamu saat kau pergi, Sisanya kau baca saja di buku diaryku ya. J Bye
Dasar yeojachinguku yang aneh. Kenapa tak
langsung kau ceritakan saja padaku sekarang? Ini lebih gampangkan. Apa kau
ingin membuatkan aku kejutan? :D
Akhirnya aku membaca buku diary raenim.
Mmm,tak apakan jika kubaca?
Cover buku ini lumayan indah namun misterius.
Seorang yeoja yang duduk sendiri di padang ilalang sambil tersenyum. Namun raut
wajahnya sedih. Semakin membuatku penasaran saja dengan diary ini.
Kubuka halaman pertama dan kubaca seluruh
isinya. Aku kaget saat membaca kalimat di selembar kertas itu bahwa Raenim
menderita penyakit mematikan. Mwo? Aku tak pernah mendengarnya. Aku semakin
penasaran dan membuka halaman selanjutnya. Kali ini bercerita tentang kejadian
dimana aku berkata bahwa aku akan pergi selama 2 tahun. Dan ternyata Raenim
mengijinkanku pergi karena ingin yang terbaik untukku? Padahal jelas2 dia
menderita penyakit parah.
Aku terus membaca kata per kata yang terurai
rapih di lembaran kertas putih itu sambil sesekali menyeka air mataku. Kisah
yang sangat mengharukan. Dan disitu,kutemukan jawaban siapa namja yang ada di lukisan
raenim. Dia adalah No minwoo. Namja yang selalu menemani Raenim di rumah sakit.
Namja yang penting bagi Raenim. Berkat dia juga,Raenim bisa sabar menungguku.
Membaca isi diary Raenim mebuatku sadar bahwa Raenim adalah yeoja yang sangat
kuat. Dan mungkin minwoo adalah namja yang sangat cocok untuk Raenim. Aku tidak
pantas menjadi namjachingu Raenim. Dan aku merasa bersalah karena Raenim
menolak Minwoo karena ku...
“Mianhae raenim-ah,Jeongmal mianhaeyo.” Kataku
sambil terus menangis. Aku bukanlah namja yang kuat dan setabah minwoo yang
bahkan bisa menghibur orang lain meskipun dirinya sendiri sedang sedih.
Setelah selesai mebaca buku diary raenim yang
sukses membuatku banjir air mata,aku masih terisak saat mengingat kejadian2
bersama raenim saat ia masih hidup. Kini,aku hanya bisa menyesal karena telah
meninggalkannya dan pulang terlambat.
Aku merapikan lukisan2 raenim dan membawanya
pergi karena di buku itu tertulis aku harus menyimpan dan menjaga semua
pemberian Raenim dengan baik. Kurasa hanya ini yang bisa kulakukan sekarang.
Kuharap aku bisa menjaga barang2 ini dengan baik sebagai penembus kesalahanku
yang tak bisa menjaga yeojachinguku sendiri dengan baik.
Sebelum aku pergi,aku melihat Raenim dan
Minwoo tersenyum kepadaku. Seolah2 mereka berkata ‘hiduplah dengan baik,dan
jaga dirimu baik2. Fighting!!’
Lalu aku pergi meninggalkan mereka berdua yang mungkin sudah bahagia bersama disana. Mungkin inilah takdir yang sangat lucu bagiku.
Lalu aku pergi meninggalkan mereka berdua yang mungkin sudah bahagia bersama disana. Mungkin inilah takdir yang sangat lucu bagiku.
0 komentar:
Posting Komentar